Kristuslahir dalam sebuah kandang. Suatu tempat di mana ternak dipelihara. Apakah pernah terlintas dalam benak kita mengapa Yesus lahir di kandang domba? Tempat yang begitu hina dan menjijikkan. Tidak ada orang yang akan mau tinggal di tempat itu. Namun, ada tiga makna penting dan menjadi perenungan bagi kita dari peristiwa bersejarah tersebut: 1.
Adanyapohon juga merupakan kejanggalan, karena Yesus lahir di kandang domba, bukan di bawah pohon. Hal ini rupanya terkait dengan perayaan pagan Romawi, di mana orang-orang Romawi berkeliling di bawah pohon cemara (yang tetap hijau saat salju), sambil berdoa kepada dewa-dewi agar musim dingin segera berlalu.
Gembalayang baik menyerahkan nyawanya demi domba-domba.". ( Yohanes 10:10, 11) Yesus pernah meyakinkan para muridnya, "Jangan takut, kawanan kecil, karena Bapak kalian sudah berkenan untuk memberi kalian Kerajaan itu.". ( Lukas 12:32) Jadi jelas, "kawanan kecil" inilah yang akan Yesus bawa ke kandang yang baru supaya mereka bisa
Apaarti kandang domba tempat Yesus dilahirkan? 2. Apa yang dimaksud dengan Yesus mengosongkan diri-Nya? Mengapa Ia harus melakukan itu? Ayo Berdoa Tuhan, terima kasih telah turun ke dunia untuk menebus dosa manusia. Ayo Lakukan Ucaplah terima kasih untuk penebusan dosa yang Yesus lakukan lewat kelahiran-Nya.
Marikita kembali sejenak ke masa ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Maria, ibu dari Yesus, agar kita dapat melihat gambaran utuh mengenai siapa Yesus yang lahir di kandang domba itu. Malaikat itu mengatakan kepada Maria bahwa bayi yang akan lahir melalui rahimnya adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, kepada-Nya akan dikaruniakan takhta
Secaratidak langsung juga bisa diambil makna bahwa kelahiran Yesus di kandang domba merupakan simbol yang menandakan umat-Nya menolak kehadiran-Nya. Ini bisa terjadi karena masyarakat Betlehem adalah suku Yehuda, suku ini merupakan nenek moyang Kristus. " Ia datang kepada sang pemilik kepunyaan-Nya.
. 1, 2. Lukiskan perjalanan Maria, dan mengapa perjalanan itu tidak terlalu nyaman baginya? MARIA menyesuaikan posisi duduknya yang tidak nyaman. Sudah berjam-jam ia menunggangi binatang beban yang kecil itu. Di depan, Yusuf terus melangkah, menapaki jalan menuju Betlehem yang jauh. Maria sekali lagi merasakan ada yang bergerak-gerak dalam perutnya. 2 Maria sedang hamil besar; Alkitab menggambarkan dia pada saat itu dengan ungkapan ”hamil tua”. Luk. 25 Seraya pasangan ini melewati ladang demi ladang, beberapa petani yang sedang membajak atau menabur bisa jadi mengangkat kepala dan heran mengapa ada wanita yang mau bepergian dalam kondisi seperti itu. Apa sebabnya Maria melakukan perjalanan yang begitu jauh dari rumahnya di Nazaret? 3. Tugas apa yang Maria terima, dan apa yang akan kita pelajari darinya? 3 Semuanya dimulai berbulan-bulan sebelumnya ketika wanita muda Yahudi ini menerima tugas yang unik dalam sepanjang sejarah manusia. Ia harus melahirkan anak yang akan menjadi Mesias, Putra Allah! Luk. 135 Ketika hampir tiba saat melahirkan, ada tuntutan untuk pergi ke Betlehem. Selama perjalanan, Maria menghadapi berbagai hal yang menguji imannya. Mari kita lihat apa yang membantunya tetap kuat secara rohani. Perjalanan ke Betlehem 4, 5. a Mengapa Yusuf dan Maria pergi ke Betlehem? b Ketetapan Kaisar menggenapi nubuat apa? 4 Bukan hanya Yusuf dan Maria yang melakukan perjalanan itu. Kaisar Agustus baru saja mengeluarkan ketetapan agar orang-orang di negeri itu pulang ke daerah asal mereka untuk didaftarkan. Bagaimana Yusuf menanggapinya? Catatan itu berbunyi, ”Tentu, Yusuf juga pergi dari Galilea, dari kota Nazaret, ke Yudea, ke kota Daud yang disebut Betlehem, oleh karena ia anggota dari keturunan dan keluarga Daud.”​—Luk. 21-4. 5 Ketetapan yang dikeluarkan Kaisar pada waktu itu bukan suatu kebetulan. Nubuat yang ditulis sekitar tujuh abad sebelumnya menyatakan bahwa Mesias akan lahir di Betlehem. Nah, kebetulan ada sebuah kota bernama Betlehem yang hanya berjarak 11 kilometer dari Nazaret. Namun, nubuat itu menyatakan bahwa dari ”Betlehem Efrata”-lah Mesias akan datang. Baca Mikha 52. Untuk sampai ke desa kecil itu dari Nazaret, orang-orang biasanya menempuh jarak sekitar 150 kilometer melalui Samaria. Ke Betlehem yang inilah Yusuf harus pergi, karena di sanalah tempat asal leluhur keluarga Raja Daud​—yang juga leluhur Yusuf dan Maria. 6, 7. a Mengapa perjalanan ke Betlehem merupakan tantangan bagi Maria? b Dengan menjadi istri Yusuf, apa pengaruh hal itu terhadap keputusan Maria? Lihat juga catatan kaki. 6 Apakah Maria mau mendukung keputusan Yusuf untuk mematuhi ketetapan itu? Perjalanan itu akan sulit baginya. Kemungkinan besar saat itu awal musim gugur, maka hujan gerimis mungkin sering turun menjelang berakhirnya musim kering. Selain itu, Betlehem terletak di ketinggian 760 meter lebih​—suatu pendakian yang cukup berat di akhir perjalanan mereka. Pendakian ini mungkin lebih lama daripada biasanya, karena mengingat kondisi Maria, mereka harus sering beristirahat. Di saat-saat seperti ini, seorang wanita muda pasti ingin tinggal di rumah saja, tempat keluarga dan teman-teman siap menolongnya jika nyeri bersalin mulai terasa. Pastilah untuk menempuh perjalanan ini, Maria harus berani. Perjalanan ke Betlehem tidaklah mudah 7 Walau demikian, Lukas menulis bahwa Yusuf pergi ”untuk mendaftarkan diri bersama Maria”. Ia juga mencatat bahwa Maria ”telah diberikan [kepada Yusuf] sebagai istri”. Luk. 24, 5 Menjadi istri Yusuf sangat memengaruhi keputusan-keputusan Maria. Ia memandang suaminya sebagai kepalanya sehubungan dengan hal-hal rohani, menerima peranan yang Allah berikan kepadanya sebagai penolong dengan mendukung keputusan suaminya. * Jadi, ia menghadapi tantangan iman ini dengan ketaatan penuh. 8. a Hal lain apa yang mungkin memotivasi Maria untuk pergi dengan Yusuf ke Betlehem? b Dalam hal apa teladan Maria menjadi inspirasi bagi orang-orang yang setia? 8 Apa lagi yang bisa jadi memotivasi Maria untuk taat? Tahukah ia nubuat tentang Betlehem sebagai tempat kelahiran Mesias? Alkitab tidak mengatakannya. Namun, kita tidak dapat menepis kemungkinan bahwa Maria tahu, karena fakta itu rupanya tidak asing di kalangan pemimpin agama dan kebanyakan orang. Mat. 21-7; Yoh. 740-42 Maria mengenal baik Tulisan-Tulisan Kudus. Luk. 146-55 Apa pun motifnya, entah Maria memutuskan untuk ikut pergi demi menaati suaminya, ketetapan pemerintah, atau nubuat Yehuwa sendiri​—atau karena gabungan berbagai faktor—​ia menjadi teladan yang sangat bagus. Yehuwa amat menghargai pria dan wanita yang memiliki sikap rendah hati dan taat. Dewasa ini, saat ketundukan sering menjadi salah satu sifat yang paling diremehkan, teladan Maria menjadi inspirasi bagi orang-orang yang setia di mana pun. Kelahiran Kristus 9, 10. a Apa yang mungkin diingat Maria dan Yusuf seraya mendekati Betlehem? b Mengapa Yusuf dan Maria sampai bermalam di kandang ternak? 9 Maria pasti menarik napas lega ketika Betlehem mulai terlihat di kejauhan. Sambil mendaki lereng bukit, melewati kebun zaitun​—tanaman yang terakhir dipanen—​Maria dan Yusuf boleh jadi mengingat sejarah desa kecil ini. Desa ini sangat tidak berarti untuk diperhitungkan di antara kota-kota Yehuda, persis seperti kata nabi Mikha; namun, di sinilah tempat kelahiran Boaz, Naomi, dan belakangan Daud, semuanya lebih dari seribu tahun sebelumnya. 10 Maria dan Yusuf mendapati desa itu sudah penuh sesak. Orang-orang yang mau mendaftar sudah tiba lebih dahulu, sehingga mereka tidak mendapat tempat di kamar penginapan. * Tak ada lagi pilihan bagi mereka selain bermalam di kandang ternak. Kita bisa membayangkan betapa prihatinnya Yusuf melihat istrinya menderita rasa sakit yang luar biasa, yang kian menjadi-jadi. Justru di tempat seperti inilah, nyeri bersalinnya muncul. 11. a Mengapa para wanita di mana-mana bisa memahami apa yang Maria rasakan? b Dalam hal apa saja Yesus adalah ’anak sulung’? 11 Para wanita di mana-mana bisa memahami apa yang Maria rasakan. Sekitar tahun sebelumnya, Yehuwa telah menubuatkan bahwa akibat dosa warisan, wanita akan menderita kesakitan sewaktu melahirkan. Kej. 316 Tak ada bukti yang menyiratkan bahwa Maria mendapat perkecualian. Catatan Lukas dengan bijak tidak menyibak privasi seputar kondisi itu, dengan sekadar berkata, ”Dia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung.” Luk. 27 Ya, ”anaknya yang sulung” telah lahir​—yang sulung dari banyak anak Maria, semuanya paling tidak ada tujuh. Mrk. 63 Namun, yang ini lain daripada yang lain. Anak ini bukan saja anak sulungnya melainkan ”yang sulung dari antara semua ciptaan” Yehuwa sendiri, Putra satu-satunya yang diperanakkan Allah!​—Kol. 115. 12. Di mana Maria membaringkan bayinya, dan bagaimana faktanya berbeda dengan drama, lukisan, dan latar adegan Natal? 12 Pada saat inilah catatan itu menambahkan perincian yang terkenal, ”Dia membalutnya dengan lampin dan membaringkannya dalam sebuah palungan.” Luk. 27 Drama, lukisan, dan latar adegan Natal di seluruh dunia memberikan gambaran yang terlalu sentimentil tentang situasi ini. Namun, perhatikan kenyataannya. Palungan adalah wadah makanan ternak. Keluarga ini menginap di kandang, sama sekali bukan tempat yang higienis atau bersih​—baik dulu ataupun sekarang. Sebenarnya, mana ada orang tua yang mau memilih tempat seperti itu untuk melahirkan jika ada pilihan lain? Kebanyakan orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Betapa terlebih lagi Maria dan Yusuf ingin memberikan yang terbaik bagi Sang Putra Allah! 13. a Dengan cara apa Yusuf dan Maria memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki? b Bagaimana orang tua yang bijaksana dewasa ini bisa membuat prioritas seperti Yusuf dan Maria? 13 Akan tetapi, keterbatasan itu tidak membuat mereka getir; mereka sebisa-bisanya memberikan yang terbaik dengan apa yang mereka miliki. Misalnya, perhatikan bahwa Maria mengurus bayi itu, membungkusnya dengan lampin yang nyaman, lalu membaringkannya dengan hati-hati dalam palungan, memastikan agar ia tidak kedinginan dan aman. Meski khawatir akan keadaannya pada saat itu, Maria tidak mau tersimpangkan. Dia tetap berupaya memberikan yang terbaik. Dia dan Yusuf juga tahu bahwa memenuhi kebutuhan rohani anak ini merupakan hal yang paling penting yang bisa mereka lakukan. Baca Ulangan 66-8. Dewasa ini, orang tua yang bijaksana membuat prioritas serupa seraya membesarkan anak-anak mereka dalam dunia yang miskin secara rohani ini. Kunjungan yang Membesarkan Hati 14, 15. a Mengapa para gembala bergegas untuk melihat bayi itu? b Apa yang dilakukan para gembala setelah berkunjung ke kandang ternak itu? 14 Suasana yang penuh damai itu mendadak terusik. Para gembala bergegas masuk ke kandang, ingin sekali melihat keluarga itu, khususnya sang bayi. Pria-pria ini bercerita dengan penuh semangat, wajah mereka memancarkan sukacita. Mereka bergegas datang dari lereng bukit tempat mereka tinggal bersama kambing-domba mereka. * Mereka memberitahukan pengalaman menakjubkan yang baru saja mereka alami kepada Yusuf dan Maria yang masih bingung. Tengah malam di lereng bukit, seorang malaikat tiba-tiba menampakkan diri kepada mereka. Kemuliaan Yehuwa bercahaya di sekeliling mereka, dan malaikat itu memberi tahu mereka bahwa Kristus, atau Mesias, baru saja lahir di Betlehem. Mereka akan mendapati anak itu terbaring dalam palungan, terbungkus lampin. Kemudian, terjadi sesuatu yang lebih spektakuler lagi​—tampaklah berlaksa-laksa malaikat, menyanyikan kemuliaan bagi Yehuwa!​—Luk. 28-14 15 Tidak mengherankan bahwa pria-pria yang rendah hati ini bergegas ke Betlehem! Mereka pasti terpukau melihat bayi yang baru lahir itu terbaring di sana persis seperti yang digambarkan sang malaikat. Mereka tidak menyimpan kabar baik ini bagi diri sendiri. ”Mereka memberitahukan perkataan [itu] . . . Dan semua orang yang mendengarnya heran atas perkara-perkara yang diberitahukan kepada mereka oleh gembala-gembala itu.” Luk. 217, 18 Para pemimpin agama pada zaman itu memandang hina para gembala. Akan tetapi, Yehuwa pasti menghargai pria-pria yang rendah hati dan beriman ini. Namun, apa pengaruh kunjungan ini terhadap Maria? Yehuwa pasti menghargai gembala-gembala yang rendah hati dan beriman ini 16. Bagaimana Maria menunjukkan bahwa ia pasti suka berpikir, dan apa kunci utama imannya? 16 Tenaga Maria tentu terkuras setelah perjuangannya melahirkan anak, tetapi ia mendengarkan setiap perkataan dengan penuh perhatian. Bukan itu saja, ”Maria mulai menyimpan semua perkataan ini, menarik kesimpulan dalam hatinya”. Luk. 219 Wanita muda ini pasti suka berpikir. Ia tahu bahwa pesan malaikat ini sangat penting. Allahnya, Yehuwa, ingin agar dia mengetahui dan memahami identitas serta status putranya. Maka, ia tidak sekadar mendengar. Ia menyimpan perkataan itu dalam hatinya agar dapat direnungkan lagi dan lagi pada bulan-bulan serta tahun-tahun mendatang. Inilah kunci utama iman yang Maria pertunjukkan sepanjang hidupnya.​—Baca Ibrani 111. Maria dengan penuh perhatian mendengarkan para gembala dan menyimpan perkataan mereka dalam hatinya 17. Bagaimana kita bisa meniru teladan Maria dalam hal kebenaran rohani? 17 Maukah Saudara meniru teladan Maria? Yehuwa telah memenuhi halaman Firman-Nya dengan kebenaran rohani yang sangat penting. Akan tetapi, kalau ingin mendapat manfaatnya, pertama-tama kita harus memberikan perhatian pada kebenaran tersebut. Hal itu kita lakukan dengan membaca Alkitab secara teratur​—bukan sekadar sebagai karya sastra melainkan sebagai Firman Allah terilham. 2 Tim. 316 Kemudian, seperti Maria, kita perlu menyimpan perkataan rohani dalam hati kita, menarik kesimpulan. Jika kita merenungkan apa yang kita baca dalam Alkitab, terus memikirkan bagaimana kita dapat lebih sepenuhnya menerapkan nasihat Yehuwa, iman kita akan mendapat cukup gizi untuk bertumbuh. Lebih Banyak Perkataan yang Ia Simpan dalam Hatinya 18. a Bagaimana Maria dan Yusuf mematuhi Hukum Musa sewaktu Yesus masih bayi? b Persembahan yang Yusuf dan Maria berikan di bait menyingkapkan apa tentang keadaan ekonomi mereka? 18 Pada hari kedelapan, Maria dan Yusuf menyunat bayi itu sesuai dengan ketentuan Hukum Musa, dan menamainya Yesus seperti yang diperintahkan. Luk. 131 Lalu, pada hari ke-40, mereka membawanya dari Betlehem ke bait di Yerusalem, yang berjarak beberapa kilometer, dan mempersembahkan korban pentahiran yang ditentukan Hukum bagi orang miskin​—dua tekukur atau dua burung dara. Bahkan jika Yusuf dan Maria merasa malu karena tidak mampu mempersembahkan domba jantan dan seekor tekukur seperti orang tua lainnya, mereka menepis perasaan itu. Bagaimanapun, mereka sangat dikuatkan dengan berada di sana.​—Luk. 221-24. 19. a Apa saja perkataan Simeon yang Maria simpan dalam hatinya? b Bagaimana reaksi Hana ketika ia melihat Yesus? 19 Seorang pria lansia bernama Simeon mendekati mereka dan memberi Maria lebih banyak perkataan untuk disimpan dalam hatinya. Pria ini mendapat janji bahwa sebelum meninggal, ia akan melihat Mesias, dan roh kudus Yehuwa menyatakan kepadanya bahwa si kecil Yesus itu adalah Juru Selamat yang dinubuatkan. Simeon juga memperingatkan Maria akan kepedihan hati yang akan ia tanggung suatu hari kelak. Dia berkata bahwa Maria akan merasa seolah-olah sebilah pedang panjang menembus dirinya. Luk. 225-35 Meskipun mengisyaratkan sesuatu yang buruk, kata-kata itu bisa jadi telah membantu Maria bertekun sewaktu saat yang menyusahkan itu tiba, tiga dekade kemudian. Setelah Simeon, seorang nabiah bernama Hana melihat Yesus kecil dan mulai membicarakan dia kepada semua orang yang telah lama menanti-nantikan pembebasan Yerusalem.​—Baca Lukas 236-38. Maria dan Yusuf merasa sangat dikuatkan dengan berada di bait Yehuwa di Yerusalem 20. Mengapa keputusan Yusuf dan Maria untuk membawa Yesus ke bait terbukti sebagai keputusan yang bagus? 20 Alangkah bagusnya keputusan Yusuf dan Maria untuk membawa bayi mereka ke bait Yehuwa di Yerusalem! Dengan demikian, mereka memperkenalkan kepada putra mereka suatu kebiasaan seumur hidup untuk dengan setia hadir di bait Yehuwa. Di sana, mereka berbuat sebisa-bisanya sesuai dengan kesanggupan mereka dan menerima petunjuk dan dukungan moril. Maria pasti meninggalkan bait pada hari itu dengan iman yang lebih kuat, hati yang penuh dengan perkataan rohani untuk direnungkan dan diceritakan kepada orang lain. 21. Seperti Maria, bagaimana kita bisa memastikan agar iman kita semakin kuat? 21 Sungguh menyenangkan melihat para orang tua dewasa ini mengikuti teladan tersebut. Di kalangan Saksi-Saksi Yehuwa, para orang tua dengan setia membawa anak-anak mereka ke perhimpunan Kristen. Para orang tua tersebut berbuat sebisa-bisanya dalam ibadat, memberikan kata-kata anjuran kepada rekan-rekan seiman mereka. Dan, mereka pulang dengan tekad yang lebih kuat, perasaan yang lebih bahagia, dan memiliki banyak hal baik untuk diceritakan kepada orang lain. Sungguh senang dapat berkumpul bersama mereka! Seraya kita melakukannya, kita akan mendapati bahwa iman kita, seperti iman Maria, akan semakin kuat.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Inspirasi tulisan kecil ini berangkat dari Injil Lukas 215-20. Teks injil Lukas ini, dibaca pada perayaan Natal pagi, 25 Desember 2021. Teks bacaan Injil ini, dibacakan di seluruh Gereja Katolik pagi ini. Dan pagi ini saya ke Gereja Santa Bernadeth Pangkalpinang, saya pun mendengarkan teks Injil Lukas 2 15-20 Gereja Santa Bernadeth ini, anak-anak yang berumur di bawah 10 tahun masih belum bisa diizinkan untuk ke Gereja. Bagi orang-orang dewasa pun, masih terbatas, kursi Gereja yang biasanya diisi oleh 7-9 orang, selama pandemi hanya diizinkan sekursi empat orang saja. Sangat terbatas! Karena pembagian itu, maka semalam isteri ke Gereja dan pagi ini saya yang ke Gereja. Anakku hanya ikut perayaan secara online. Walaupun, anakku merengek untuk ikut ke Gereja pagi ini, pukul wib. Tetapi kami tidak mengizinkan, karena permintaan dari satgas Nataru Gereja untuk tidak membawa anak-anak. Dan memang benar, ketika pagi ini saya ke Gereja, saya menjumpai beberapa keluarga ke Gereja membawa anak-anaknya, mereka disuruh pulang ke rumah oleh satgas Nataru. Warta Malaikat kepada Para GembalaMalaikat itu utusan Allah. Penginjil Lukas menceritakan bahwa malaikat datang ke tempat para gembala di malam hari, membawa berita sukacita kepada para gembala. Berita sukacita itu, disampaikan kepada para gembala karena mereka itu berdekatan dengan tempat kelahiran Yesus. Tidak hanya itu, tetapi "palungan" tempat Yesus dibaringkan adalah milik domba-domba mereka. Dan karena itu pula, Allah berkendak baik untuk membawa sukacita kegembiraan itu, pertama-tama untuk para gembala dan domba-domba. Melalui berita malaikat yang datang kepada mereka, para gembala pun bergegas berangkat ke tempat lahirnya gembala bersama domba-domba ke tempat kelahiran Yesus. Mereka menjumpai Maria, Yusuf, dan Yesus. Mereka melihat Yesus yang sedang berbaring di dalam palungan. Bagi para gembala dan domba, tatapan mereka tertuju kepada Yesus, langsung terkonek, bahwa Yesus adalah sahabat dan teman seperjalanan mereka. Karena kehadiran-Nya melalui cara dan "jalan bersama" mereka. Bagi banyak orang mungkin cara dan jalan yang ditempuh Maria dan Yusuf, yang dikehendaki Allah, merupakan jalan yang tidak manusiawi, bahkan mungkin terbilang jorok. Wakapolda Babel, bukti negara hadir dalam keamanan Natal di Gereja Paroki Sungailiat 24/12/2021 Cara dan jalan yang terpilih ini karena kebekuan, ketertutupan, dan sikap egoisme manusia zaman itu terhadap situasi Maria dan Yusuf yang sedang dalam perjalanan, yang hendak ke Nasaret untuk mengikuti sensus jiwa. Sebanyak orang yang ada di pinggir jalan dan rumahnya diketok oleh Maria dan Yusuf ditengah malam, tak satu pun yang bersedia membuka pintu rumah dan ruang hatinya untuk menerima calon bapak dan ibu Yesus. Pilihan Maria dan Yusuf ialah kandang domba milik para gembala, menjadi rumah persalinan sangat jelas bahwa cerita Lukas ini, tak menghadirkan dokter atau perawat yang membantu persalinan Maria. Hanya Maria dan Yusuf yang mengetahui. Dan hal ini bukan sesuatu yang baru. Ketika ibuku melahirkan saya pun pada tahun 1970-an, tak ada dokter dan perawat, yang membantu persalinan ibuku. Padahal menurut cerita keluargaku, saya dilahirkan dengan posisi "sun sang", alias lahir dengan posisi kaki duluan. Anggota keluarga sendiri yang ada dan datang dalam peristiwa kelahiran saya.. Bagaimana dengan Maria yang melahirkan Yesus pada tahun 4 atau 6 sebelum Masehi? Adakah dokter atau perawat atau bidan? Entahlah...! Mungkin dapat dizinkan untuk berpikir secara kontekstual con-text tetapi tidak untuk malaikat kepada para gembala dan domba, memiliki makna tersendiri. Makna yang boleh diangkat ialah 1. Allah dalam wujudnyata Yesus mau mengangkat derajat kemanusiaan para gembala. Bahwa mereka adalah pekerja kecil, upahan namun diperhatikan oleh Allah. Ini bukti Allah solider dan peduli kepada orang-orang kecil, termasuk pada alam yang diwakili domba-domba. Maka tidak heran, kandang Natal dengan penampilan para gembala dan domba-domba serta alam pohon-phonan. 2. Allah dalam wujudnyata Yesus memakai para gembala, dan domba sebagai wakil alam menjadi saksi hidup dan selamanya akan berita sukacita kelahiran Yesus. Dalam konteks ini, alam dimaknai sebagai bukti "lidik jari" atau "telapak kaki" Allah. Maka pohon Natal, menandai makna terdalam bagi orang kristiani yaitu dipanggil untuk menghargai dan menghormati alam raya sebagai "sidik jari" atau "telapak kaki" rela turun dan membantu manusia menyucikan palungan hatinyaPenginjil Lukas melukiskan dalam Lukas 2 15-20, bahwa ketika para gembala dan domba-dombanya datang ke tempat kelahiran Yesus, didapati Yesus sedang berbaring di dalam palungan. Palungan adalah wadah, tempat yang terbuat dari kayu atau kulit domba. Tempat itu dipakai para gembala untuk meletakkan makanan dan air untuk domba-dombanya. Dan domba-domba memakannya dari palungan itu. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi palungan itu. Tentu tidak bersih, kotor, dan jorok. Walau demikian akal Maria tak dikacaubalaukan oleh situasi orang yang menolak dia untuk melahirkan Yesus di rumah mereka. Justru akal sehat Maria masih waras, sehingga mengambil sehelai kain lampin membentang dan memberi alas dalam palungan, sehingga Yesus dapat Kekristenan, disebutkan symbol. Simbol memiliki jamak makna. Dan makna yang ditandai pada sesuatu itu punya bernas nilai atau makna. Salah satunya, kain lampin sebagai simbol kesucian, ketulusan, dan cahaya putih. Karenanya, seseorang yang mau dibaptis, kain putih ini pun salah satu sarana yang disiapkan oleh orang yang mau dibaptis, selain lilin dan nama baptis, dll. Tidak hanya itu, gerak pun memiliki symbol dengan makna tersendiri. Dalam palungan Yesus dibaringkan. Ketika Yesus dibaringkan, Yesus sebagai anak yang hidup akan bergerak. Daya gerak-Nya dalam palungan menandai makna bahwa Yesus sang bayi mungil sedang membersihkan sesuatu. Gerak anak kecil tentu tanpa sadar, tanpa arah, namun dibaca dan didalami sebagai sebuah proses gerak untuk membersihkan karena palungan merupakan symbol hati, batin manusia maka kehadiran Yesus di palungan sebagai pembersih hati, pembersih nurani, palungan hati manusia. Dengan cara kehadiran Yesus yang begitu simbolik, hampir pasti bahwa kedatangan-Nya adalah penyelamatkan semua orang, menyelamatkan alam raya ini. Ia datang dan membangunkan jiwa dan membangun badan, sehingga manusia secara utuh diselamatkan dari dosa dan dari dunia begitu, Natal pun membawa sukacita seperti diberitakan malaikat dan melalui para gembala dan domba-domba, Yesus mengangkat martabat mereka secara manusiawi. Yesus hadir dan menyelamatkan manusia, dengan topik yang diusung-Nya dari awal yaitu meminta supaya manusia bertobat. Sehingga Natal memberikan refleksi riil bagi kita orang kristiani adalah "sebuah pertarungan baik fisik maupun mental untuk membangun jiwa dan membagun badan". Selamat Natal untuk sahabat-sahabatku yang merayakannya. ***Pangkalpinang, 25 Desember 2021 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya
LUKAS 21-20 YESUS LAHIR DI BETLEHEM PARA GEMBALA MENGUNJUNGI BAYI YESUS Penguasa Romawi, Kaisar Agustus, memerintahkan agar setiap orang didaftarkan. Jadi, Yusuf dan Maria harus pulang ke kota kelahiran Yusuf, yaitu Betlehem, di sebelah selatan Yerusalem. Karena Betlehem penuh dengan orang-orang yang mau mendaftarkan diri, satu-satunya tempat yang bisa digunakan Yusuf dan Maria untuk bermalam adalah sebuah kandang untuk keledai dan binatang lainnya. Di sanalah Yesus dilahirkan. Maria membungkus dia dengan kain dan membaringkannya di palungan, yaitu tempat makan binatang. Jelas, Yehuwa-lah yang mengatur agar Kaisar Agustus membuat undang-undang pendaftaran ini. Dengan begitu, Yesus dapat dilahirkan di Betlehem, kampung halaman leluhurnya, Raja Daud. Kitab Suci telah lama menubuatkan bahwa Betlehem akan menjadi kota kelahiran sang Penguasa yang dijanjikan.​—Mikha 52. Ini benar-benar malam yang istimewa! Di luar, di padang rumput, cahaya cemerlang tiba-tiba memancar di sekeliling para gembala yang sedang berkumpul. Itu adalah kemuliaan Yehuwa! Seorang malaikat memberi tahu para gembala itu, ”Jangan takut! Aku membawa kabar baik tentang sukacita besar yang akan dirasakan semua orang. Sebab hari ini, di kota Daud telah lahir bagi kalian seorang penyelamat. Dia adalah Kristus dan Tuan. Inilah tanda bagi kalian Kalian akan menemukan bayi yang terbungkus kain dan berbaring di palungan.” Lalu, malaikat-malaikat datang dan mengatakan, ”Kemuliaan bagi Allah di surga, dan damai di bumi bagi orang-orang yang menyenangkan Dia.”​—Lukas 210-14. Ketika para malaikat itu pergi, gembala-gembala itu berkata, ”Ayo kita langsung ke Betlehem dan melihat apa yang terjadi, yang Yehuwa beri tahukan kepada kita.” Lukas 215 Mereka cepat-cepat pergi dan menemukan Yesus yang baru lahir, persis di tempat yang dikatakan sang malaikat. Sewaktu para gembala menceritakan apa yang dikatakan malaikat, semua yang mendengarnya merasa kagum. Maria menyimpan semua itu dalam hatinya dan merenungkan artinya. Sekarang, banyak orang percaya bahwa Yesus lahir pada 25 Desember. Tapi pada bulan Desember, daerah Betlehem biasanya dingin, sering hujan, dan kadang malah bersalju. Jadi pada bulan itu, para gembala tidak mungkin berada di luar pada malam hari bersama kawanan domba mereka. Selain itu, kaisar Romawi tidak mungkin meminta rakyatnya mengadakan perjalanan berhari-hari pada musim dingin untuk mendaftarkan diri, karena rakyat pada waktu itu sudah membencinya. Jadi, Yesus kemungkinan besar lahir kira-kira pada bulan Oktober.
kandang domba tempat yesus lahir